Saya menikah dengan seorang pria bernama Hendrawan yang biasa saya panggil bang Hen dan dia 8 tahun lebih tua dariku. Saya menikah dengannya karena saya dijodohkan orangtuaku saat saya baru berusia 17 tahun. Meskipun dijodohkan, saya tetap mencintai suamiku dan begitu pula suamiku terhadap saya, bukti cintanya terhadapku adalah selalu membelikan barang yang saya inginkan. Bisa dibilang, suamiku sangat mencintaiku karena kulitku yang putih mulus dengan tinggi yang bisa dibilang sedikit mungil dan memiliki dada yang besar yang tidak cocok untuk ukuran tubuhku.
Setelah satu tahun kami menikah, perusahaan tempat suamiku bekerja menugaskan suamiku untuk pergi bekerja di sebuah pabrik yang berada di Bogor. Perusahaan itupun juga telah menyiapkan fasilitas seperti sebuah rumah yang sederhana kepada suamiku jika memutuskan untuk kerja di Bogor.
Rumah yang disediakan perusahaan suamiku benar-benar baru dengan tidak memiliki perabotan apapun bahkan dapur saja tidak ada sehingga perabotan yang penting untuk kami dan saya sendiri terpaksa harus memasak pada halaman belakang rumah kami yang terbuka.
Suatu hari, suamiku memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan dan kebetulan ada pria yang bekerja sebagai tukang bangunan menawarkan jasanya. Kami mempercayai mereka sehingga memperkerjakan mereka untuk membangun dapur di rumah kami dan kami tidak takut barang kami hilang walaupun rumah tidak ada orang karena saya kuliah sedangkan suamiku bekerja sebab kami sama sekali tidak punya barang berharga.
Hingga suatu hari, saya tidak pergi kuliat karena sedang libur sedangkan suamiku tetap bekerja. Pagi itu, saya sudah mengantar suamiku ke gerbang rumah dan saya kembali masuk ke rumah, sebenarnya saya tidak suka berada dirumah sendirian sebab lingkungannya yang sepi. Hingga saat Pak Susanto yang merupakan tukang bangunan yang kami sewa bersama kedua temannya datang untuk melanjutkan pekerjaan mereka terkejut melihatku berada dirumah. Saya pun belum memberitahukan mereka bahwa saya tidak kuliah karena sedang libur.
"Eh? kok neng Ellie gak kuliah?" tanya pak Susanto.
"Iya nih pak, saya lagi libur," jawabku.
"Ohh gitu toh, ywdh saya mau lanjutkan pekerjaanku dulu neng," katanya.
"Iya, silahkan masuk pak..!," kataku sambil membukakan gerbang rumah kami.
Pak susanto dan kedua temannya pergi ke halaman belakang rumah dan saya masuk ke kamar tidurku sambil membaca majalah. Beberapa saat kemudian, saya haus dan keluar kamar untuk mengambil air, saat itulah melihat Pak Susanto yang sedang ganti baju dan celananya dengan baju dan celana kotor yang digunakannya untuk bekerja dan terkejut melihatnya tidak memakai celana dalam sehingga saya dapat lihat seluruh tubuhnya termasuk kontolnya yang besar daripada suamiku dengan sangat jelas.
Saya seketika takjub dan tidak sadar kalau Pak Susanto dengan melihatku
"Hm? neng Ellie..? katanya sambil melihatku
Saya terkejut saat Pak Susanto memanggil namaku dan menjadi malu sehingga saya cepat kembali ke kamar. Saya merasa lega saat berada dikambar dan merasa aneh karena Pak Susanto adalah pria pertama yang saya lihat seluruh tubuhnya bukan suamiku yang pertama karena suamiku selalu memakai baju dan celannya saat tidur bahkan saat berhubungan sex, suamiku menutupinya dengan selimut sehingga saya tidak pernah melihat seluruh tubuhnya.
Saya memutuskan untuk melanjutkan membaca majalahku agar bisa mengalihkan perasaanku tetapi saya tetap tak bisa menghilangkannya. Saya pun memutuskan untuk mandi demi menyegarkan pikiranku dan setelah selesai, saya baru sadar tak membawa handuk ke kamar mandi sementara pakaian yang ku gunakansebelumnya sudah saya rendam. Bingung, saya akhirnya putuskan untuk lari ke kamarku yang jaraknya dekat dan saya yakin para tukang bangunan tidak akan melihatku karena pintu halaman belakang tertutup.
Tetapi saat saya sedang berlari ke kamarku, saya menabrak sesuatu dan terjatuh. Terkejut, saya melihat siapa yang kutabrak dan tertanya adalah Pak Susanto.
"Maaf neng Ellie, tadi saya cari neng tapi gak ada di kamar. Jadi saya keluar tapi neng tiba-tiba tabrak saya," katanya dengan begitu santai seolah-olah tidak melihat saya sedang telanjang.
Saya sangat malu dan berusaha bangkit sambil menutupi bagian bawah dan dadaku tetapi Pak Susanto tiba-tiba mengangkat saya ke arah halaman belakang tempat dua orang tempatnya menunggu. Saya langsung berontak dan berteriak tetapi Pak Susanto justru dengan santainya berkata, "Neng tidak usah malu-malu, lagian neh sudah lihat punyaku kan dan disini sepi jadi teriakan neng itu tidak akan ada yang dengar,"
Saya tau apa yang dipikirkan Pak Susanto, dia ingin memperkosa saya bersama dengan dua temannya. Saya terus memberontak serta meminta tolong dan meminta Pak Susanto untuk melepaskanku tetapi permintaanku tidak dihiraukan. Kedua temannya langsung bersorak gembira saat melihat tubuh telanjangku.
"Wih, bagus benar tubuhnya. Kulitnya putih mulus dan teteknya gede pula lagi," kata salah satu teman Pak Susanto yang botak sambil meremas payudaraku dengan keras. Saya semakin takut dan semakin memberontak.
"Jangan, tolong jangan perkosa saya. Saya gak bakal bilang ke siapa-siapa," kataku sambil menangis.
"Neng tidak perlu khawatir, nikmati saja," kata salah satu teman Pak Susanto yang sedikit gendut sambil meraba-raba memekku. Sementara Pak Susanto terus memegang tanganku dengan ketat.
Beberapa saat kemudian, ketiganya melepaskan seluruh pakaian mereka dan saya dapat melihat seluruh tubuh mereka yang penuh keringat dan penis yang telah berdiri tegak. Ketiganya kemudian membaringkan tubuhku di atas pasir dan Pak Susanto menjilati memekku.
"Wah, memeknya wangi kali loh. Ini pasti gara-gara tadi habis mandi," katanya.
Saya terkejut dengan jilatan Pak Susanto dan terus berontak tetapi kedua teman Pak Susanto memegang tangan serta kakiku sementara Teman gendut Pak Susanto yang memegang tangaku tiba-tiba mendekatkan wajahnya dengan dadaku dan menghisap putingku. Kemudian Pak Susanto mengarahkan kontol besarnya ke memekku dan saat kontol besarnya masuk ke memekku, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Sungguh berbeda dengan yang saya rasakan saat saya berhubungan sex dengan suamiku. Tetapi saya merasa malu dan terus memberontak tetapi yang gendut menjambakku dengan keras dan memintaku untuk diam sehingga saya menurutinya. Beberapa saat kemudian, saya tidak dapat menahan sensasinya dan mengalami orgasme sehingga tubuhku menjadi lemas dan tidak bertenaga. Namun, Pak Susanto masih belum selesai dan terus mengenjotku hingga dirinya menembakkan spermanya ke dalamku.
Pak Susanto kemudian mencabut kontol dan yang botak langsung memasukkan kontolnya ke memekku tanpa memberiku waktu istirahat. Sih gendut yang tidak dapat menahan nafsunya membawa kontolnya ke dalam mulutku dan memintaku untuk menghisapnya. Saya pasrah dan menuruti permintaanya, sih botak dan gendut pun mencapai klimak dan menembahkan sperma mereka kepadaku.
Saya hanya terbaring diam di atas pasir karena tidak memiliki tenaga untuk berdiri ataupun lari sama sekali. Saya melihat Pak Susanto masuk ke rumahku dan kembali ke halaman belakang sambil membawa terong besar serta kalung mutiara palsu milikku. Pak Susanto kemudian menghampiriku dan menyuruhku untuk ke posisi merangkak dan seperti kerbau bohoh, saya yang sudah lelah pun menurutinya.
"Sambil menunggu kami kembali pulih untuk memulai ronde kedua, kami ingin lihat hiburan," katanya sambil memasukkan terong ke memekku.
Saya sangat terkejut dan berusaha mengeluarkannya tetapi kedua temannya langsung memegangku. Tidak lama kemudian, terong itu sudah masuk seperempat ke memekku dan saya merasakan sakit yang luar biasa yang membuatku terus mengoyang pantatku ke kanan kiri.
"Hahahaha, lihat anjing ini... dia punya ekor yang aneh," kata sih gendut.
"Kamu harus keliling halaman belakang sekarang ini juga sambil merangkak hahaha," kata sih botak.
Pasrah, saya merangkak perlahan dan merasakan kenikmatannya yang bercampur dengan rasa geli sehingga saya harus sedikit-sedikit berhenti. Tetapi setiapku berhenti, maka salah satu dari mereka akan memukul pantatku dan tidak lama membuatku klimaks. Melihat hal itu, Pak Susanto dan kedua temannya tertawa dan menghampiriku kemudian memasukkan kalung mutiara ke dalam anusku yang membuatku menjerit keras.
"Santai saja, ini sakit dikit saja kok tapi nanti enak juga," kata Pak Susanto.
Hingga kalung mutiara itu sudah setengah masuk, Pak Susanto memintaku merangkak maju pelan-pelan sambil memegang kalung mutiaranya.
Saya pun bergerak dan kalung itupun pelan-pelan tercabut dari anusku yang rasanya memang sangat nikmat. Tetapi saat permainan telah selesai, ketiganya menghampiriku dan kembali memperkosa saya berulang-ulang kali hingga sore hari dan yang paling aneh itu, saya selalu orgasme saat mereka klimaks yang membuat mereka menilaiku suka diperkosa.
Yang lebih aneh lagi, saya tidak melaporkan pemerkosaan itu sama sekali kepada suamiku yang pulang pada malam hari. Sehingga kegiataan memperkosa saya dilakukan ketiganya secara berulang-ulang setiap saya tidak kuliah. Namun semua itu berhenti usai dapur rumah kami telah dibangun selesai.
SOCIALIZE IT →